Syahadan, sekembali prabu Abyasa, raja Astina, dari berburu binatang di hutan, di istana permaisuri raja yang muda, bernama Dewi Ambaini, melahirkan putra, amat bagus rupanya. Hyang Narada pun hadir dalam kelahiran bayi tersebut, dan berkatalah Hyang Narada kepada prabu Abyasa, Wahai, prabu Abyasa, putramu sudarma, atas kehendak hyang Girinata, akan diadu dengan raja Kiskenda, prabu Nagapaya. Agaknya memang prabu Nagapaya tak dapat diundurkan kemauannya untuk memperoleh jodho Dewi Supraba. Prabu Abyasa berdatang sembah, Hyang Narada, sesungguhnya meski kamipun telah pernah disaraya (dimintai bantuan) dewa untuk mengundurkan balatentara dari Kiskenda, namun tak kuasalah kami mengundurkannya, semoga Sudarma, bayi tersebut dapat memenuhi keinginan hyang Girinata. Hyang Narada segera pergi ke Suralaya dengan membawa bayi si Sudarma.
Kahyangan telah dikepung oleh prabu Nagapaya dan segenap prajurit raksasa. Sedatang hyang Narada, bayi diadu dengan prabu Nagapaya. Bayi dibanting, dilemparkan keras ke arah Hyang Narada, matilah si Sudarma. Dihadapan Hyang Girinata, Hyang Narada melapor, dan Hyang Girinata bersabda, Kakanda Narada, mandikanlah bayi yang telah tewas tersebut dengan air kehidupan, hiduplah sibayi lagi, dengan menyandang panah dan busurnya, dan bayi bertempur lagi dengan raja Kiskenda, Prabu Nagapaya. Anak panah dilepaskan oleh Sudarma, yang juga bernama Raden Pandu, matilah raja Kiskenda, terkena senjata raden Pandu.
Demikian pula semua wadyabalanya terkikis habis oleh jago dewa, raden Pandu. Sukacitalah seluruh kahyangan, atas kemenangan bantuan dewa, putra prabu Abyasa, raden Pandu. Hyang Girinata, menganugrahi kepadanya minyak tala, dan diberinya nama lagi, raden Pandudewanata. Bermohon dirilah Raden Pandudewanata, kembali ke negara Astina, diterima oleh ayahanda prabu Abyasa, beserta ibu, Dewi Ambaini, dan segenap keluarga istana Astina. Amat sukacita hati seluruh isi istana Astina. Patih Jayaprayitna, berdatang sembah, melapor ada musuh dating dari Awu-awu Langit, prabu Swarka beserta prajuritnya merusakkeadaan desa-desa Astina. Prabu Abyasa segera memerintahkan kepada Raden Pandudewanata untuk menanggulanginya. Prabu Swarka dengan seluruh balatentaranya dapat dibasmi.
- kaskus -
Kahyangan telah dikepung oleh prabu Nagapaya dan segenap prajurit raksasa. Sedatang hyang Narada, bayi diadu dengan prabu Nagapaya. Bayi dibanting, dilemparkan keras ke arah Hyang Narada, matilah si Sudarma. Dihadapan Hyang Girinata, Hyang Narada melapor, dan Hyang Girinata bersabda, Kakanda Narada, mandikanlah bayi yang telah tewas tersebut dengan air kehidupan, hiduplah sibayi lagi, dengan menyandang panah dan busurnya, dan bayi bertempur lagi dengan raja Kiskenda, Prabu Nagapaya. Anak panah dilepaskan oleh Sudarma, yang juga bernama Raden Pandu, matilah raja Kiskenda, terkena senjata raden Pandu.
Demikian pula semua wadyabalanya terkikis habis oleh jago dewa, raden Pandu. Sukacitalah seluruh kahyangan, atas kemenangan bantuan dewa, putra prabu Abyasa, raden Pandu. Hyang Girinata, menganugrahi kepadanya minyak tala, dan diberinya nama lagi, raden Pandudewanata. Bermohon dirilah Raden Pandudewanata, kembali ke negara Astina, diterima oleh ayahanda prabu Abyasa, beserta ibu, Dewi Ambaini, dan segenap keluarga istana Astina. Amat sukacita hati seluruh isi istana Astina. Patih Jayaprayitna, berdatang sembah, melapor ada musuh dating dari Awu-awu Langit, prabu Swarka beserta prajuritnya merusakkeadaan desa-desa Astina. Prabu Abyasa segera memerintahkan kepada Raden Pandudewanata untuk menanggulanginya. Prabu Swarka dengan seluruh balatentaranya dapat dibasmi.
- kaskus -