Sejarah : Gerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita Indonesia

Sejarah : Gerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita Indonesia|Sejarah Sumpah Pemuda|Sejarah: isi Sumpah Pemuda|Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda|Latar Belakang Sumpah Pemuda|Isi Sumpah Pemuda semua itu akan kami bahas dalam satu tema yakni Sejarah Pergerakan Pemuda dan PergerakanWanita. Sejarah pergerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita murapakan Tonggak Lahirnya Sumpah Pemuda dan pergerakan-pergerakan pemuda dalam organisasi yang melahirkan Sumpah Pemuda dimana pada waktu ada tiga point yang maknanya mempertahankan indonesia dan menyakinkan para putra-putri indonesia bahwa indonesia adalah negara kita. dan tak lepas juga peranan Wanita atau pergerakan Kaum Perempuan dalam mempertahankan indonesia dan memajukan indonesia dilihat dari pergerakan-pergerakannya yang aktif serta peranannya dalam menegakkan hak-hak wanita. Sejarah pergerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita yang membuat para kaum hawa mendapatkan tempat dalam sebuah negara yang sama dengan kaum adam atau laki-laki. Sejarah Pergerakan Pemuda dan PergerakanWanita merupakan Sejarah tentang Para Pemuda dan Pemudi dalam mempertahankan indonesia, memajukan indonesia, dan Memerdekaan indonesia, sehingga lahirlah sumpah pemuda, dan merupakan juga latar belakang lahirnya sumpah pemuda, Untuk mengetahui semua, mari kita melihat penjelasannya dibawah ini....

 Gerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita Indonesia Sejarah : Gerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita Indonesia
Sejarah Pergerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita

 Gerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita Indonesia Sejarah : Gerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita Indonesia       Sebelum tumbuhnya dengan cepat organisasi-organisasi pemuda daerah pada dasawarsa kedua abad ini, Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 pada mulanya dapat dipandang sebagai organisasi pemuda. Hanya sesudah kongres I, peranan pemuda dalam organisasi ii menjadi lemah bahkan kemudian hilang karena sama keluar karena merasa kecewa atas kebijaksaan oleh pemimpinnya 

Beberapa tahun sesudah Budi Utomo didirikan, pada tahun 1915 berdiri Tri Koro Darmo di jakarta, Pendirinya, yakni antara lain Satiman Wiryosandjoyo, Kadarman dan Sunardi menetapkan bahwa
perkumpulan itu dibentuk khusus untuk anak-anak sekolah menengah yang berasal dari daerah Jawa dan Madura. Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (Sakti, Budi, Bakti) bertujuan menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putara sekolah menengah dan perguruan kejujuran ;
menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggota dan membangkitkan dan mempertajam peranan buat segala bahasa dan budaya. Dengan ini hendak dicapai tujuan untuk mencapai Jawa Raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pernuda-pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.

Untuk menghindari perasaan tidak puas dari pihak sementara anggota yang dapat melemahkan organisasi, pada tahun 1918 dalam kongresnya di Solo namanya diubah menjadi Jong Java. Dalam kongres tahun 1919 diputuskan untuk menunjuk seorang anggota wanita duduk dalam pengurus besar dan dalam anggota redaksi majalah organisasi. Kegiatannya berkisar pada bidang sosial-budaya, seperti pemberantasan buta huruf, kepramukaan, seni dan lain-lain. Pada kongres bulan Mei 1922 diputuskan bahwa Jong Java tidak mencampuri urusan politik. Anggota-anggota dilarang menjalankan politik atau menjadi anggota perkumpulan politik.

Meningkatnya radikalisme Pergerakan Nasional mempengaruhi Jong Java untuk toh bergerak di bidang politik kongres ke VII bulan Desember 1924, akibat pengaruh Sarekat Islam, usul Ketua Jong Java yaitu Sjamsuridjal agar anggota yang sudah berumur 18 tahun diberi kebebasan untuk berpolitik dan memasukkan program memajukan agama islam, mendapat tantangan dan anggota. Adanya program memajukan agama Islam didorong oleh H. Agus Salim seorang tokoh Sarekat Islam dengan
alasan peranan agama sangat besar dalam mencapai cita-cita Indonesia Merdeka. Usul ini ditolak, dan yang setuju bepolitik mendirikan Jong islamieten Bond (JIB) dengan agama sebagai dasar perjuangan. Untuk menggalang persatuan dengan organisasi pemuda islam lainnya dibentuklah Pemuda Muslimin Indonesia. JIB yang terpengaruh SI, dan Jong Java yang terpengaruh oleh Budi secara perorangan tidak melarang anggotanya bergerak dalam politik. Banyak dijumpai kasus di mana anggota JIB adalah juga anggota Jong Java dan sebaliknya.

Dalam kongres-kongres selanjutnya diambil keputusan untuk memupuk persatuan di kalangan rakyat Indonesia seluruhnya, meningkatkan nasionalismenya dan juga telah diputuskan untuk lebih banyak menggunakan bahasa Melayu daripada bahasa Belanda, di samping itu juga kata Inlands (bumiputra) diganti dengan Indonesisch. Sejalan dengan munculnya Jong Java, pemuda-pemuda daerah lain juga membentuk organisasi-organisãsi pemuda seperti :
  • Jong Sumatranen Bond, 
  • Pasundan, 
  • Joig Minahasa, 
  • Jong Ambon,
  • Jong Celebes, 
  • Jong Batak, 
  • Pemuda Kaum Betawi,
  • Sekar Rukun
  • Timorees Verbond dan lain-lain. 
Pada dasarnya oganisasi itu semua masih berrsifat kedaerahan tetapi semuanya mempunyai cita-cita ke arah kemajuan indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.

Jong Sumatranen Bond didirikan pada bulan Desember 1917 di jakarta dengan cabang-cabang di Padang dan Bukit tinggi. Tujuannya adalah mempererat hubungan di antara pemuda-pemuda yang berasal dari Sumatra, mendidik mereka untuk menjadi pemimpin bangsa, mempelajari dan mengembangkan budaya yang ada di Sumatra. Tokoh utama dariorganisasi itu adalah Moh. Hatta dan Muh. Yamin 

Diluar negeri dimana pemuda-pemuda indonesia banyak menuntuk ilmu, organisasi pemuda juga muncul. Tetapi paling terkenal dan kemudian juga sangat berpengaruh dalam Pergerakan Nasional Ialah Perhimpunan Indonesia. Melalui majalah Indonesia Merdeka gagasan-gagasan PI disebar ke indonesia. Organisasi ini didirikan pada tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging hanya untuk kegiatan sosia, tetapi sesudah tahun 1920 terutama bergerak di bidang politik. Nasionalisme dan percaya pada diri sendiri dalam mencapai cita-cita Indonesia Merdeka merupakan dasar utama perjuangan PI. Tokoh-tokohnya yang utama adalah Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Sukiman, Sunaryo, Ali Sastroamidjoyo, Iskak, Samsi, Bdhyarto Martoatmodjo, Iwa Kusumasumantri, Sutan Sjahrir, Nasir Datuk Pamontjak dan lain-;ain yang ternyata kemudian memegang peranan penting dalam Perjuangan Nasional sejak 1945, dalam pemerintah Republik Indonesia, dan dalam partai-partai politik. 

Meningkatnya nasionalisme yang mendorong keinginan untuk bersatu dalam perjuangan, mendorong organisasi-organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahan itu untuk bersatu dalam satu wadah. Pada tanggal 30 April- 2 Mei 1926 diadakanKomite itu adalah hasil dari pertemuan antara Jong Java, Jong Sumatranenbond, Jong Ambon, Jong Minahasa, Sekar Rukun dan lain-lain pada tanggal 15 Nopember 1925. Tujuan kongres ialah untuk menanamkan semangat kerjasama antara perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar persatuan Indonesia dalam arti yang lebih luas. Usul untuk


Kongres Pemuda Indonesia I di Jakarta. Kongres ini dilaksanakan oleh suatu komite yang diketuai oleh Tabrani dengan anggota Bahder Djohan, Sumarto, Jan Toule, Soulehuwij, Paul Pinontuan.
membentuk suatu organisasi bagi pemuda Indonesia tidak berhasil karena rasa kedaerahan masih kuat. Karena itu pada tanggal 15 Agustus 1926 beberapa organisasi pemuda mengadakan pertemuan di Jakarta untuk membicarakan suatu badan tetap bagi kepentingan pemuda Indonesia. Hasilnya adalah bahwa pada tanggal 31 Agustus 1926 disyahkan anggaran dasar suatu organisasi baru yang bernama Jong Indonesia dengan tujuan menanamkan dan mewujudkan cita-cita persatuan Indonesia.
Organisasi ini berbentuk permanen dan berdiri di luar organisasi-organisasi pemuda yang sudah ada.

Akan tetapi harapan pada Jong Indonesia itu tidak begitu terpenuhi. Karenanya pada permulaan tahun 1926 oleh Algemene Studieclub di Bandung dibentuk pula organisasi baru juga dengan nama Jong Indonesia. Tujuan tidak begitu banyak berbeda dengan yang lama, tidak berpolitik tetapi membolehkan anggotanya berpolitik secara perorangan. Sementara itu para pelajar di Jakarta dan Bandung melihat adanya dua kepentingan yang bertentangan dalam penjajahan, yang disebut mereka
sebagai antithese kolonial yang sangat merugikan pihak Indonesia. Antithese ini akan hapus apabila penjajahan sudah lenyap. Untuk itulah para pelajar tersebut, yang berasal dan berbagai daerah, pada bulan September 1926 mendirikan organisasi Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) di Jakarta. Berdasarkan pandañgan tersebut, PPPI bertujuan memperjuangkan Indonesia Merdeka dan untuk itir para anggota dididik untuk menjadi pemimpin rakyat sejati. Dengan demikian para anggota harus rajin belajar. Cita-cita itu hanya akan tercapai apabila sifat kedaerahan lenyap, begitupun perselisihan pendapat antara sesama nasionalis harus lenyap. Dalam aksi-aksinya kelihatan militansi PPPI dibidang pergerakan pemuda, sosial dan politik. Tokoh-tokohnya antara lain adalah: 

  • Abdullah Sigit
  • Sugondo
  • Suwiryo
  • Sumitro Reksodiputro
  • Muh.Yamin, 
  • A.K. Gani, Moh. Tamzil
  •  Sunarko
  •  Sumanang
  • Amir Sjarifuddin.

Pada tahun 1928 alam politik di Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan. Rasa bangga, rasa telah menemukan diri-sendiri, rasa memiiki cita-cita tinggi yaitu Indonesia Merdeka, telah mencekam jiwa rakyat Indonesia yang terjajah. Dalam Kongres Pemuda Indonesia II pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, yang dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi pemuda, diikrarkanlah sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda. Isinya adalah:

ISI SUMPAH PEMUDA : 
Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia 
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia 
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Kepada Kongres juga diperkenalkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, dan bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, merupakan salah satu puncak Pergerakan Nasional. Karena itu peristiwa yang bersejarah ini setiap tahun diperingati sampai sekarang sebagai han besar nasional. Sebagai kelanjutan kongres ini pada tanggal 24-28 Desember 1929 di Yogyakarta disetujui gagasan fusi daripada organisasi-organisasi pemuda yang telah ada. Persiapan ke arah itu dilakukan oleh suatu komisi dan pada tanggal 31 Desember 1930 dalam konferensi di Solo berdirilah Indonesia Muda, yang pada saat berdirinya telah mempunyai 25 cabang, 4 di Sumatra dan satu di Su1awesi. Jong Islamieten Bond dan Pemuda Muslimin karena alasan tertentu tidak ikut dalam Indonesia Muda. Organisasi ini memutuskan tidak akan bergerak dalam aksi politik walau hanya sebagai taktik belaka. Tetapi justru keputusan ini kemudian menyebabkan organisasi ini agak mundur. Meskipun telah ada pernyataan demikian, namun kecurigaan pemerintah kolonial tetap besar, bahkan sampai melarang murid-murid beberapa sekolah untuk menjadi anggotanya. Tekanan dan pengawasan yang dilakukan pemerintah kolonial terhadap organisasi ini menyeabkan banyak anggotanya ke luar. Akibatnya perasaan tidak puas terhadap pemerintah kolonial bertambah dalam.

Politik reaksioner Gubernur Jenderal de Jonge yang mengadakan bermacam-macam peraturan larangan bagi kegiatan organisasi-organisasi nasional menyebabkan aksi-aksi menjadi lesu. Untuk memperkuat barisan, kembali diusahakan suatu kongres pemuda pada tahun 1936. Usaha itu gagal karena tidak ada ijin dari pemerintah. Barulah pada tahun 1938 dapat diadakan Kongres Pemuda Indonesia III di Yogyakarta, dihadiri utusan 22 organisasi, yang melahirkan fusi baru organisasi pemuda yaitu Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Pemuda Indonesia (Perpindo) dengan pusat di Jakarta. Dalam organisasi ini organisasi-organisasi pemuda yang bernaung di bawah sesuatu partai politik tidak turut serta.

Di samping organisasi yang bersifat “sekuler” juga ada organisasi yang bersifat keagamaan seperti :
  • Anshor Nahdatul Ulama,
  • Pemuda Muhammadiyah,
  • JIB
  • Persatuan Pemuda Kristen,
  • Persatuan Pemuda Katholik, danlain-lain. 
Begitupün organisasi yang terbatas lingkungannya masih banyak juga seperti Pemuda Taman Siswa, Unitas Studiosorum Indonesiensis (USI) dan lain-lain. Bahkan organisasi pemuda yang tumbuh pada masa-masa terakhir penjajahan Belanda yang ada sifat kedaerahannya juga masih ada seperti: Pemuda-Pemudi Cirebon, Pemuda Sriwijaya, Minangkabau Muda dan sebagainya.

Sejalan dengan gerakan pemuda, dalam Pergerakan Nasional juga ada gerakan wanita. Terutama yang khusus berjuang untuk rneninggikan derajat wanita, emansipasi wanita dan hal-hal yang bertalian dengan kesejahteraan rumah tangga yang menjadi tiang suksesnya pembangunan sesuatu bangsa. Semenjak dirintis oleh R.A. Kartini pada permulaan abad ini gerakan wanita berkembang seirama dengan gerakan pemuda. Pada umumnya bergerak di bidang sosial- budaya, dan di samping mendirikan organisasi, mereka juga menerbitkan majalah-majalah dan brosur-brosur yang kesemuanya mempercepat proses kemajuan wanita Indonesia. Perkumpulan wanita berdiri di mana-mana seperti : 

  • Perkumpulan Kartinifonds di Semarang, 
  • Putri Mardika di Jakarta, 
  • Maju Kemuliaan di Bandung,
  • Wanita Rukun Santoso di Malang, 
  • Budi Wanito di Solo, 
  • Kerajinan Amai Setia di Kota Gadang, 
  • Serikat Kaum Ibu Sumatra di Bukittinggi, 
  • Inaa Tuni di Ambon,
  • Gorontalosche Mohammedaansche Vrouwenvereeniging, 
  • dan Sebagainya.


Banyaknya perkumpulan ini juga menunjukkan bahwa golongan wanita tidak mau ketinggalan dalam proses kemajuan nasional. Surat kabar gerakan wanita yang terkenal antara lain adalah: 

  • Poetri Hindia di Bandung (1909), 
  • Wanito Sworo (1913) di Pacitan-Brebes, 
  • Soenting Melayoe di Bukittinggi, 
  • Estri Oetomo di Semarang,
  • Soeara Perempuan di Padang,
  • Perempoean Bergerak di Medan 
  • Poetri Mardika di Jakarta.

 Gerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita Indonesia Sejarah : Gerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita Indonesia Kalau pada awalnya gerakan wanita lebih terdapat pada golongan elite yang sadar, maka sesudah tahun 1920 gerakan itu sudah sampai ke lapisan bawah. Perkembangan itu juga terjadi karena perluasan pengajaran bagi wanita dan kesediaan organisasi-organisasi untuk membentuk bagian wanita. Contoh: Aisyah yang merupakan bagian organisasi Muhammadiyah, pada tahun 1929 telah mempunyai 5.000 orang anggota dan 32 sekolah dengan 75 guru-guru wanita. Terpengaruh oleh gerakan pemuda, maka organisasi-organisasi wanita mengadakan pula suatu kongres nasional yang dinamai Kongres Perempuan indonesia, pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Hasilnya adalah dibentuknya Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang pada tahun 1929 diubah namanya menjadi Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII). Tanggal lahir PPII tanggal 22 Desember 1928 kemudian dikenal sebagai "Hari Ibu” dan tiap tahun diperingati dan dapat dipandang sebagai hari ahirnya kesadaran yang mendalam pada pihak wanita Indonesia mengenai martabatnya.berbeda dengan PPII, istri Sadar yang didirikan di Bandungpada tahun 1930 lebih bercorak sesuatu organisasi politik, begitupun Istri Indonesia yang ikut serta dalam pemilihan anggota dewan-dewan kotapraja pada tahun 1983. Namun bila dibandingkan dengan sejumlah wanita dari golongan bawah, hasil-hasil gerakan wanita selama penjajahan berjumlah banyak. 

Sekian Artikel Sejarah Tentang Sejarah Pergerakan Pemuda dan Pergerakan Wanita, Semoga bermanfaat, 
Lebih baru Lebih lama