Berekspresi melalui Teater Daerah

Pertunjukan teater adalah tahap terakhir dalam seluruh rangkaian kegiatan berteater. Untuk mementaskan teater, dibutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang sehingga pementasan akan berhasil dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan oleh panitia dan penonton. Sebagai tulang punggung pementasan, para pemain harus melakukan latihan dengan mengeksplorasi teknik olah tubuh, olah pikir, dan olah suara. Demikian juga dengan komponen-komponen yang lain. Mereka harus merancang pertunjukan dengan baik dan melaksanakan rancangan bersama-sama. Dengan demikian, persiapan menjadi matang sampai saat pertunjukan tiba.

A. Mengeksplorasi Teknik Olah Tubuh, Olah Pikir, dan Olah Suara

Akting merupakan salah satu jenis keterampilan. Sebagaimana jenis-jenis keterampilan yang lain, pemerolehannya harus melalui proses pelatihan dan tidak dapat diperoleh dalam waktu singkat.

1. Teknik Olah Tubuh
Tubuh seorang pemeran teater harus bagus dan menarik. Pengertian bagus dan menarik di sini bukanlah tampan atau cantik. Maksudnya, tubuh harus lentur, sanggup memainkan semua peran, dan mudah diarahkan. Tubuh tidak boleh kaku.

Berikut adalah latihan-latihan dasar untuk melenturkan tubuh.
  1. Latihan tari agar aktor mengenal gerak berirama dan dapat mengatur waktu.
  2. Latihan samadi silat agar mengenal dirinya sendiri dan percaya diri.
  3. Latihan anggar supaya mengenal arti semangat.
  4. Latihan renang agar aktor mengenal pengaturan napas.
2. Teknik Olah Pikir
Mengeksplorasi teknik olah pikir dapat dilakukan dengan latihan konsentrasi. Pengertian konsentrasi secara harfiah adalah pemusatan pikiran atau perhatian. Makin menarik pusat perhatian, makin tinggi kesanggupan memusatkan perhatian. Pusat perhatian seorang pemain adalah sukma atau jiwa dari peran atau karakter yang akan dimainkan. Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian seorang pemain, cenderung dapat merusak proses pemeranan. Maka, konsentrasi menjadi sesuatu hal yang penting untuk pemeran.

Tujuan dari konsentrasi ini yaitu mencapai kondisi kontrol mental dan fisik di atas panggung. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang pemeran harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat. Langkah awal yang perlu diperhatikan adalah mengasah kesadaran dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien. Dengan konsentrasi pemeran akan dapat mengubah dirinya menjadi orang lain, yaitu peran yang dimainkan.

Dunia teater adalah dunia imajiner atau dunia rekaan. Dunia tidak nyata yang diciptakan seorang penulis lakon dan diwujudkan oleh pekerja teater. Dunia ini harus diwujudkan menjadi sesuatu yang seolah-olah nyata dan dapat dinikmati serta menyakinkan penonton. Kekuatan pemeran untuk mewujudkan dunia rekaan ini hanya bisa dilakukan dengan kekuatan daya konsentrasi. Misalnya, seorang pemeran melihat sesuatu yang menjijikkan (meskipun sesuatu itu tidak ada di atas pentas) maka ia harus menyakinkan kepada penonton bahwa sesuatu yang dilihat benar-benar menjijikkan. Kalau pemeran tingkat konsentrasinya rendah, dia tidak akan dapat menyakinkan penonton. Latihan konsentrasi bisa dilakukan dengan melatih lima indra yang ada pada tubuh. Latihan ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengalaman tentang berbagai suasana yang kemudian disimpan dalam ingatan sebagai sumber ilham.

3. Teknik Olah Suara
Dalam pementasan, pemeran mengucapkan kata-kata yang dirangkai menjadi kalimat-kalimat untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Kata-kata diucapkan dengan mulut. Suara dari mulut yang membunyikan kata-kata itu disebut vokal. pemeran harus memiliki vokal yang kuat agar kata-kata yang ia ucapkan jelas. Latihan dasar untuk menguatkan vokal, antara lain berdeklamasi dan menyanyi.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang pemeran tentang fungsi ucapan, yaitu sebagai berikut.
  1. Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk menyalurkan kata dari teks lakon kepada penonton.
  2. Memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara.
  3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaan peran, misalnya umur, kedudukan sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah, dan sebagainya.
  4. Mengendalikan perasaan penonton seperti yang dilakukan oleh musik.
  5. Melengkapi variasi.
Ketika pemeran mengucapkan dialog harus mempertimbangkan pikiranpikiran penulis. Jika pemeran melontarkan dialognya hanya sekadar hasil hafalan saja, dia mencabut makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan melalui nada suara membentuk satu pemaknaan berkaitan dengan kalimat dialog. Proses pengucapan dialog mempengaruhi ketersampaian pesan yang hendak dikomunikasikan kepada penonton.

B. Merancang Pertunjukan Teater Daerah

Kegiatan merancang pertunjukan teater dapat dilakukan dalam beberapa tahapan. Dalam berteater, kegiatan ini disebut dramatisasi cerita drama. Pada prinsipnya, dramatisasi adalah memahami dan mengeksplorasi naskah secara sungguh-sungguh, kemudian membuat rencana untuk mementaskan naskah tersebut bersama seluruh anggota kelompok.

1. Memilih Lakon dan Cerita Teater Daerah
Memilih lakon dan cerita adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah. Dibutuhkan konsentrasi dan kejelian serta pengalaman yang memadai supaya pemilihan tersebut sesuai dengan tema.

Kesesuaian lakon dan tema adalah dua hal yang sangat penting, keduanya mendasari berhasil tidaknya teater digelar. Misalnya, tema yang telah ditetapkan yaitu tentang percintaan, maka cerita yang dibuat harus berhubungan dengan hal yang berbau cinta seperti cerita Romeo dan Juliet. Tema lain misalnya tentang kejenakaan atau kekocakan, maka pilihlah cerita Si Kabayan. Jika bertema cerita anak, pilihlah cerita Si Kancil dan Buaya. Sumber cipta lakon bisa berasal dari mana saja. Insprirasi muncul bisa dari kehidupan sehari-hari, kisah-kisah masa lampau, dan hubungan antara manusia dan alam atau fenomena alam. Dalam kehidupan teater tradisi, pemilihan lakon biasanya bersumber pada cerita-cerita yang telah ada. Cerita tersebut bisa berupa mite, legenda, sage, cerita panji, dan cerita hiburan atau jenaka (komedi).

a. Mite
Mite adalah cerita yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang adanya makhluk halus, roh, atau dewa-dewi. Cerita ini berkembang di masyarakat dan merupakan perwujudan kesetian mereka terhadap para leluhur. Contohnya adalah Nyi Roro Kidul.

b. Legenda
Legenda adalah cerita yang dihubungkan dengan keanehan dan keajaiban alam atau asal muasal terjadinya tempat tertentu. Isi ceritanya tentang terjadinya nama-nama sebuah tempat seperti gunung, danau, sungai, dan hutan. Contohnya adalah cerita legenda Gunung Tangkuban Perahu, Asal Mula Candi Prambanan, dan Terjadinya Danau Toba.

c. Saga/Sage
Saga adalah cerita yang di dalamnya mengandung unsur sejarah. Selain mengandung unsur kesejarahan, saga biasanya mengandung unsur tambahan yaitu unsur khayal. Contohnya adalah cerita Ken Arok dan Ken Dedes.

d. Cerita Panji
Cerita panji merupakan cerita yang berasal dari kesusastraan Jawa. Isinya berupa cerita-cerita seputar perilaku seseorang, wejangan dan nasihat serta pesan kebaikan. Contohnya adalah cerita Panji Semirang.

e. Cerita Lelucon
Cerita lelucon adalah cerita yang sengaja mengutarakan tentang kelucuan, kebodohan, dan kekonyolan seseorang. Cerita lelucon memuat hal-hal yang penuh dengan keriangan, menggemaskan, menyenangkan sekaligus mengesalkan. Contohnya adalah cerita Si Kabayan dan Pak Belalang.

2. Memilih Peran
Pemeran atau tokoh adalah orang yang memainkan cerita sesuai dengan karakter dan watak yang telah ditentukan oleh cerita. Peran yang diemban oleh seorang pemain adalah bentuk perwujudan atau esensi sebuah teater dalam mengomunikasikan cerita kepada khalayak ramai (penonton). Dalam berteater, pemilihan tokoh yang sesuai sangatlah penting. Tokoh yang dipakai harus sesuai dengan karakter serta watak yang telah ditentukan dalam cerita. Tokoh dalam cerita dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis.

a. Peran Protagonis
Peran protagonis atau peran utama (tokoh inti) adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam pementasan teater. Untuk menjadi tokoh utama diperlukan ketekunan dan pengalaman yang memadai. Di samping itu, tokoh protagonis merupakan pusat perhatian para penonton dan memiliki peran sentral dalam teater. Oleh sebab itu, pemeran utama dituntut untuk bermain semaksimal mungkin. Kadang-kadang, tokoh ini menuntut syarat harus pemain yang berwajah sempurna seperti berwajah tampan dan cantik. Namun, hal tersebut tidaklah mutlak, bergantung tuntutan cerita dan skenario. Tokoh protagonis biasanya memerankan watak baik, ksatria, dan pahlawan.

b. Peran Antagonis
Peran antagonis adalah tokoh utama yang berseberangan atau berlawanan dengan tokoh protagonis. Antagonis sering merupakan tokoh jahat yang menyusahkan tokoh utama. Tokoh antagonis bisa juga seorang tokoh yang merintangi tokoh protagonis. Dengan kata lain, tokoh antagonis ini menghalangi perjuangan atau tujuan tokoh protagonis. Tokoh antagonis ini biasanya memerankan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan atau pandangan penonton. Karakter tokoh ini biasanya jahat, pengadu domba, atau penyebar fitnah.

c. Peran Tritagonis
Peran tritagonis adalah peran yang menjadi penengah dan pendamai antara peran protagonis dan antagonis. Peran ini biasanya berwatak kalem, sederhana, berwibawa, bijaksana, dan memiliki wawasan yang luas.

Syarat-syarat seorang pemeran adalah sebagai berikut.

1) Sehat
Sehat yang dimaksud adalah berhubungan dengan keadaan pemain pada saat sebelum dan berlangsungnya pertunjukan. Sehat ini meliputi sehat jasmani dn rohani. Keduanya harus dalam keadaan prima dan terkendali sehingga akan tercipta peran yang diharapkan oleh cerita atau skenario.

2) Memiliki wawasan yang tinggi

Seorang pemeran dituntut untuk memerankan tokoh sesuai dengan watak dan karakteristik tertentu. Bagi pemain yang memiliki wawasan tinggi, peran tersebut bukanlah menjadi halangan, tetapi tidak bagi yang berwawasan minimal, peran yang dibebankan akan terasa berat. Selain itu, pemeran juga dihadapkan pada dialog yang harus dihafal disertai dengan gerak dan pola lantai.

3) Mampu bekerja sama
Dalam sebuah pertunjukan teater pemain diharuskan mampu bekerja sama dengan pemain lain. Walaupun tugas yang diemban berbeda-beada, keterpaduan antara pemain, sutradara, dan penata gerak harus serasi, seirama, dan kompak. Kerja sama bisa dilakukan pada saat latihan, persiapan, dan saat pementasan.

4) Ulet
Seorang pemeran diharuskan untuk terus mengasah kemampuannya dalam berakting dan selalu mau memperbaiki kesalahan, baik dialog maupun gerak, untuk mencapai kesempurnaaan.

5) Disiplin
Seorang pemeran harus memiliki tingkat kedisiplinan diri yang tinggi. Kedisiplinan bisa berasal dari diri sendiri, mulai dari disiplin waktu latihan sampai disiplin saat pementasan berlangsung.

6) Bertanggung Jawab
Dalam memainkan peran, seorang pemeran bertanggung jawab pada diri sendiri dan kelompoknya. Berhasil atau tidaknya teater dilandasi oleh sikap tanggung jawab para anggotanya. Sikap ini bisa dimunculkan pada saat menerima peran, rutinitas latihan, dan latihan perorangan, baik menghafal dialog, bermain peran, maupun mempertunjukkannya.

C. Prinsip Kerja Sama dalam Berteater

Pementasan naskah drama bukanlah kerja individu melainkan kerja kolaborasi dari berbagai komponen. Komponen tersebut adalah naskah, sutradara, pengurus produksi, pemain, dan tim artistik.

1. Memilih Naskah
Naskah yang dipilih hendaklah yang sesuai dengan situasi tempat pertunjukan. Selain itu naskah yang dipilih harus bisa dimainkan oleh pemain, jangan menggunakan naskah yang terlalu sulit untuk diperankan karena akan menghambat pemain dalam menginterpretasikan isinya. Hal ini berpengaruh juga terhadap waktu pementasan. Jika naskah yang dipilih sudah sesuai, jadwal latihan akan lancar sehingga tepat waktu dengan acara pelaksanaan. Namun, jika terlalu sulit, biasanya pemain akan memaksakan waktu yang akhirnya pemain kurang siap dalam pementasannya.

2. Penyutradaraan
Sutradara adalah pemimpin pertunjukan yang mempunyai ide dan gagasan tentang bentuk garapan serta perilaku pemain untuk memerankan tokoh cerita yang dibawakan. Jika pementasan dilakukan di sekolah, orang yang bertindak sebagai sutradara adalah guru kesenianmu atau siswa-siswa yang dianggap mampu menyutradarai.

3. Memilih Pemain 
Pemain hendaklah dipilih berdasarkan kemampuan dan karakteristik tokoh. Pemain dapat dipilih dengan cara memilih langsung atau lewat audisi. Dalam berteater, seorang pemain tentunya akan mendapatkan peran. Peran itu haruslah sesuai dengan jiwa dan karakter pemain, jangan terlalu memaksakan ingin memerankan tokoh utama atau tokoh tertentu. Akan tetapi, lihatlah potensi yang ada dalam diri pemain dan sesuaikan dengan watak yang dituntut dalam naskah.

Jika telah mempunyai peran dalam pertunjukan teater, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya sebagai berikut.

  1. Identifikasikan peran yang didapat. Apakah peran tersebut telah sesuai dengan karakter atau belum.
  2. Jika peran telah sesuai, langkah selanjutnya adalah mencari karakteristik peran. Buatlah beberapa pertanyaan seputar peran yang didapat kepada sutradara atau pahami naskah dengan lebih mendalam. 
  3. Carilah keterangan seputar peran. Misalnya, nama, umur, pekerjaan, tingkah lakunya, asal daerah, logat bicara, cara berjalan, cara berpakaian, model rambut, menggunakan kacamata atau tidak, dan sebagainya. Semakin detail keterangannya, akan semakin memudahkan pemain menguasai karakter peran tersebut. 
  4. Jika dalam naskah tidak dijelaskan mengenai karakter yang didapat, pemain bisa menafsirkan sendiri sesuai dengan kemampuan yang telah dimiliki. Observasilah dengan melihat dan mengamati setiap tingkah laku dan kebiasaan orang yang akan diperankan. Buatlah catatan kecil untuk dianalisis dan didiskusikan dengan pemain lainnya.
  5. Jika karakter yang didapat tidak ada di lingkungan, misalnya mendapat peran memerankan tokoh Ken Arok, carilah referensi di buku atau bertanya kepada orang yang mengetahui sejarah atau bertanyalah kepada orang yang menuasai. 
  6. Setelah memahami karakter peran, hal yang harus dilatih adalah karakter suara (vokal) yang sesuai. Sesuaikan suara dengan logat atau karakter. 
  7. Selanjutnya latihlah pola gerak pertunjukan. Pola ini bisa dilatih dengan cara memahami gerakan objek peran dan disesuaikan dengan pola gerak lantai teater sesungguhnya. Latihan ini merupakan rangkaian gerak tubuh dalam pencarian gerak yang sesuai dengan peran. Usahakan kelenturan gerak tubuh dilatih sehingga tidak terlihat kaku dan canggung. 
  8. Jika dialog, karakter peran, suara, dan latihan telah selesai maka tahap selanjutnya berlatih dengan sesama anggota secara bersama-sama. Mintalah masukan dari sesama pemain dan sutradara mengenai bahasa dialog, gerakan, penghayatan dan kesesuaian peran dengan naskah. Dalam hal ini berarti seorang pemain berusaha untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Terimalah setiap masukan dengan lapang dada untuk meningkatkan kemampuan berperan. Dan tidak kalah penting juga harus terus mencoba berperan sampai benar-benar merasa pas bagi diri sendiri dan bagi kelompok. 
  9. Tingkatkan motivasi untuk berlatih bersama-sama dengan kelompok. 
  10. Tanamkan kepercayaan diri. Mulailah dengan membentuk kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa kita bisa bermain teater dan bisa bermain bagus. Setelah itu barulah membentuk kepercayaan diri dalam kelompok. Ingat, keberhasilan bukan ditentukan oleh kelompok saja, tetapi ditentukan pula oleh penonton. 
  11. Tahap akhir adalah berkonsentrasilah dengan memusatkan energi pada pertunjukan.
4. Bagian Produksi 
Bagian ini bertugas untuk mempersiapkan dan mengatur produksi, mulai proses persiapan, latihan, hingga pementasan. Adapun struktur bagian produksi adalah sebagai berikut. 
  1. Pimpinan produksi bertugas memimpin dan bertanggung jawab terhadap proses produksi dari awal sampai pementasan. 
  2. Sekretaris bertugas mengurus administrasi, misalnya surat-menyurat, membuat undangan, dan lain-lain. 
  3. Bendahara bertugas dalam mengelola keuangan mulai dari menyimpan, mengatur, dan menggunakan uang. 
  4. Koordinator latihan bertugas untuk membuat jadwal latihan, lamanya, tempat, dan mengoordinir orang yang berlatih. 
  5. Seksi dana usaha bertugas mencari sumber dana. 
  6. Seksi publikasi bertugas memublikasikan acara kepada khalayak ramai (masyarakat). 
  7. Seksi dokumentasi bertugas mendokumentasikan seluruh acara, baik pada saat latihan maupun pada acara pementasan. 
  8. Seksi konsumsi bertugas dalam penyediaan makanan.
  9. Seksi keamanan bertugas untuk mengamankan jalannya pementasan supaya tertib dan lancar.
  10. Seksi P3K bertugas untuk menyiapkan obat-obatan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kesehatan. 
  11. Seksi transportasi bertugas menyiapkan layanan kendaraan, baik layanan orang maupun barang produksi termasuk peralatan. 
  12. Seksi peralatan bertugas untuk menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan peralatan yang digunakan dalam pementasan.
5. Bagian Artistik 
Bagian artistik bertugas untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan produk artistik. Adapun lingkup penata pentas adalah sebagai berikut. 
  1. Seksi panggung atau pentas yang dipimpin oleh pemimpin panggung (stage manager) bertugas mengatur masalah panggung. 
  2. Seksi tata cahaya (tata lampu) yang bertugas dalam mengerjakan penataan cahaya dan lampu. 
  3. Seksi tata musik yang bertugas membuat ilustrasi musik pengiring. 
  4. Seksi tata rias dan busana yang bertugas merias pemain sesuai dengan watak pemain dan memilih kostum atau pakaian yang cocok untuk pemeran. 
  5. Seksi tata suara yang bertugas untuk mempersiapkan dan mengecek sound system. 
  6. Seksi dekorasi yang bertugas untuk menata latar panggung. 

D. Menggelar Pertunjukan Teater Daerah

Sehari sebelum pementasan, para pemain melakukan geladi resik. Geladi resik dilakukan di hadapan sekelompok kecil penonton. Dengan demikian, para pemain akan terbiasa dengan reaksi penonton. Menjelang pementasan, para pemain harus sudah siap satu jam sebelumnya sehingga mereka tidak tergesa-gesa mempersiapkan diri. Penataan panggung harus sudah siap berjam-jam sebelum pementasan dimulai. Segala sesuatu harus diatur di belakang panggung. Properti harus diletakkan di tempat yang tepat sehingga mudah dipindahkan saat peralihan adegan

Jika para pemain sudah siap sekitar tiga menit sebelum pementasan dimulai, mereka harus menempatkan diri di tempat yang sudah ditentukan, biasanya di belakang panggung. Saat itu, sutradara harus yakin pada diri sendiri karena ia menjadi panutan bagi pemain

Sebelum pementasan dimulai, pemimpin panggung harus memeriksa para penonton agar mereka telah duduk di tempat yang telah ditentukan. Setelah itu, ia segera memberi tahu sutradara yang duduk di antara penonton dan memberi isyarat bahwa pertunjukan akan dimulai. Selanjutnya, pemimpin panggung memberi isyarat agar layar dibuka atau lampu dinyalakan dan pementasan pun dimulai.

Selama pementasan berlangsung, sutradara, semua pemain, dan tim artistik berkonsentrasi penuh. Kadang-kadang ada kondisi yang bersifat tak terduga, seperti para pemain dapat bermain dengan sangat cemerlang, melebihi aktingnya ketika latihan. Akan tetapi, ada kemungkinan rencana yang telah diatur dengan baik justru tidak berjalan mulus. Namun, semua itu tidak dapat diulangi.

Demikianlah hakikat pementasan teater, yakni teater hadir hanya untuk sekali sehingga kesalahan tidak dapat diperbaiki saat itu juga. Pemain hanya dapat melakukan improvisasi untuk mengatasi kesalahan. Improvisasi adalah gerakan dan ucapan yang tidak terencana untuk menghidupkan permainan. Bagaimanapun, proses pementasan ini akan memberikan pengalaman yang menakjubkan bagi semua yang terlibat.
Lebih baru Lebih lama