Dalam konsep pengelolaan, kita tidak hanya terbatas pada pemberantasan dan pengendalian populasi keong tersebut, namun juga pemanfaatan biota terebut sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat. Beberapa jenis pemanfaatan keong mas tersebut disampaikan sebagai berikut:
Pengembangan pakan ternak
Pada pengembangan ternak itik, keong mas (setelah dicincang) merupakan makanan campuran sebagai sumber protein yang murah. Selain mengandung banyak protein, keong mas juga kaya akan kalsium. Keong mas dapat juga dijadikan tepung, setelah direbus, dikeringkan dan digiling terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan dedak padi dan menir dengan perbandingan masing-masing 3,4 persen, 73,3 persen, dan 23,3 persen (Bagus, 1999).
Penggunaan keong mas sebagai makanan itik sebagai sumber protein hewani telah dilakukan sejak tahun 1985 (Kompiang dkk., 1985). Akhir-akhir ini banyak wilayah padi dan wilayah ternak itik seperti halnya di daerah Banten, Jawa Tengah, Riau, dan beberapa daerah di Sulawesi dan Kalimantan telah memanfaatkan keong mas ini sebagai sumber pakan itik. Di Sumatra Selatan, pemberian ramuan keong mas 10% memberikan pertumbuhan yang baik bagi itik pada periode layer (bertelur). Di Pasaman, penggunaan keong mas untuk pakan itik mampu menaikkan hasil telurnya mencapai 80 persen.
Pemberikan tepung keong mas pada peternakan ayam broiler juga telah dilakukan oleh Widyatmoko (1996). Tepung tubuh dan cangkang keong mas memberikan nilai pertumbuhan yang cukup baik bagi peternakan ayam. Hal yang cukup mengejutkan bahwa penggunaan tepung yang berasal dari cangkang keong mas juga memberikan nilai pertumbuhan yang bagus. Selain dalam bentuk tepung, silase daging keong mas juga telah terbukti menjadi sumber pakan ternak bagi ruminansia dan ayam buras (BP2TP Sumatra Utara, 2006). Pakan yang berbasis protein keong mas pernah diujicobakan pada peternakan burung puyuh (Coturnix coturnix) dan memberikan pertumbuhan yang baik.
Keong mas sebagai sumber pakan ikan dan organisma perairan lainnya saat ini sudah mulai banyak dilakukan oleh berbagai kalangan para pembudi daya. Pada pemeliharaan ikan patin (Pangasius sp.) tepung keong mas sejak tahun 1999 telah diujicobakan. Pada penggantian kandungan tepung ikan menjadi tepung keong mas sebanyak 25-75 persen memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap laju pertumbuhan harian individu, efisiensi pakan, retensi protein dan retensi lemak (Sholikhati, 1999). Keong mas yang dipotong-potong kemudian ditaburkan pada kolam ikan patin juga telah dilakukan oleh para petani di Kabupaten Bengkalis.
Pemeliharaan ikan patin (Pangasius sp.) di Bengkalis, dengan pakan keong mas memberikan hasil yang cukup baik bagi pertumbuhan ikan tersebut. Pada budi daya ikan nila (Orochromis niloticus), komposisi 50% tepung ikan dan 50% telung keong mas memberikan pertumbuhan yang cukup baik, dengan nilai konversi pakan yang rendah (Abdullah,2000). Di Medan, pakan ikan mas dibuat ransumnya dari keong mas. Dalam pembuatan pakan ikan mas, dapat diperoleh sekitar 170 kg tepung keong mas/minggu.Pada pemeliharaan ikan gabus (Chana striata) yang diberi pakan keong mas memberikan pertumbuhan yang cukup baik. Selain itu, pakan yang dibuat dari keong mas juga telah dilakukan pada pemeliharaan ikan sidat (Anguilla sp.).
Penggunaan keong mas untuk pakan Krustase telah dibuktikan pada udang dan kepiting. Pada budi daya udang windu, penggunaan pakan keong mas sudah dilakukan dalam uji coba oleh Bombeo-Tuburan dkk. pada tahun 1995. Pada pematangan gonad kepiting bakau (Scylla spp.) di Pantai Mayangan (Subang) dapat diketahui bahwa pemberian pakan berupa keong mas dapat mempersiangkat sampai 1/3 kali masa pemeliharaan dibandingkan dengan pemberian pakan yang berasal dari ikan. Penggunaan keong mas untuk pakan lobster air tawar telah diujicobakan di suatu universitas di Yogyakarta dan juga telah dilakukan oleh beberapa petani yang membudi daya lobster.
Sumber makanan dan obat-obatan
Keong mas mengandung protein yang cukup tinggi. Dari hasil uji proksimat dapat diketahui bahwa kandungan protein bisa mencapai 16-50 persen. Sebagai sumber protein masyarakat, keong mas merupakan makanan yang cukup bergizi. Di Kudus dan beberapa daerah di Indonesia, jenis keong ini merupakan sumber makanan dengan cara direbus atau diberi bumbu rica-rica. Seperti halnya jenis keong sawah (Bellamnya javanica), jenis keong mas memiliki rasa yang cukup lezat dengan olahan dalam berbagai hidangan antara lain: sate keong, pepes keong, sambel keong, dan aneka menu keong mas lainnya.
Selain sebagai makanan, keong mas juga berfungsi sebagai bahan obat. Keong mas di beberapa daerah juga sudah diolah manjadi dendeng, dengan pemberian berberapa bumbu atau rempah-rempah yang cukup digemari. Nursanti (2006) telah melakukan penelitian untuk pendayagunaan keong mas sebagai bahan alternatif pembuatan kecap yang memiliki nilai protein cukup tinggi. Berbagai bentuk olahan keong mas tersebut selain sumber protein yang cukup murah dan terjangkau, juga telah lama dipercaya oleh masyarakat bahwa keong mas dapat digunakan untuk mengobati penyakit kuning ataupun liver (Sihombing, 1999).
Pengontrol inang perantara
Jenis keong mas merupakan hewan yang dapat dipergunakan untuk mengontrol jenis keong Bulinus sp.dan Biophalaria sp. yang merupakan inang perantara parasit trematoda. Parasit ini dapat menyebabkan para perenang terkena penyakit gatal dan schistosomiasis, penyakit yang telah mengenai pada lebih dari 200 juta penduduk tropis. Kehadiran keong mas, pada sisi ini dapat menghindarkan masyarakat kita akan terkenannya penyakit tersebut.***
Dr. Ir. Sulistiono
Peneliti dan Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (FPIK-IPB)